WELCOME TO MY BLOG

Minggu, 17 Mei 2015

MAKALAH Tafsir Tarbawi

MAKALAH
Tafsir Tarbawi
(Tafsir Q.S Ali Imran ayat 190-191)




KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas hadis tarbawi ini mengenai tafsir QS Ali Imran ayat 190-191. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbtasan dalam penyajian tugas ini. Oleh karena itu,penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan tugas ini. Semoga tugas ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca.Demikian tugas ini penulis susun, apabila ada kata- kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar- besarnya.




Manna,            2015

                                                                                                         Penulis










Daftar Isi
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang............................................................................................................ 1
1.2    Rumusan masalah....................................................................................................... 1
1.3    Tujuan penelitian........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1    Lafal dan Terjemah Q.S Ali Imran Ayat 190-191...................................................... 2
2.2    Asbabun Nuzul .......................................................................................................... 2
2.3    Penafsiran Ayat Ali-Imran 190-191........................................................................... 3
2.4    Kandungan Hukum.................................................................................................... 5
2.5    Aspek Tarbawi............................................................................................................ 5

BAB III PENUTUP
3.1       Kesimpulan.......................................................................................................................................................... 6
Daftar pustaka



BAB I
Pendahuluan
1.1    Latar Belakang
Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menyerukan manusia untuk memperhatikan, merenung dan memikirkan penciptaan Allah baik yang di langit, bumi maupun diantara keduanya. Diantara ayat-ayat yang menerangkan tentang hal tersebut yaitu Q.S Ali Imran ayat 190-191.
Salah satu cara mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan membaca dan merenungkan ayat-ayat-Nya, serta mensyukuri apa yang terbentang di alam semesta. Allah menyuruh manusia untuk merenungkan alam, langit dan bumi.Langit yang melindungi dan bumi yang terhampar tempat manusia hidup. Juga memperhatikan pergantian siang dan malam. Semuanya itu penuh dengan ayat-ayat, tanda-tanda kebesaran Allah SWT. 

1.2    Rumusan Masalah
2.      Bagaimana Lafadz dan terjemah Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?
3.      Bagaimana asbabun nuzul Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?
4.      Bagaimana Penafsiran dari Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?
5.      Apa saja kandungan hukum yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?
6.      Bagaimana Aspek Tarbawi dari Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

1.3    Tujuan Masalah
2.      Untuk mengetahui lafadz dan terjemah Q.S ali imran ayat 190-191
3.      Untuk mengetahui asbabun nuzul Q.S Ali Imran ayat 190-191
4.      Untuk mengetahui Penafsiran dari Q.S Ali Imran ayat 190-191
5.      Untuk mengetahui kandungan hukum yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-191
6.      Untuk mengetahui Aspek Tarbawi dari Q.S Ali Imran ayat 190-191





BAB II
Pembahasan

2.1    Lafal dan Terjemah Q.S Ali Imran Ayat 190-191

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (190)

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (191)

2.2    Asbabun Nuzul
As- Suyuti dalam kitabnya menyebutkan mengenai asbabun nuzul surah Ali-Imran ayat 190 dengan mengutip hadits riwayat Ath-Thabrani. Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “hai orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang yahudi dan bertanya kepada mereka, “apa tanda-tanda yang dibawa Musa kepada kalian? Orang-orang yahudi itu menjawab, Tongkat dan tangan yang putih bagi orang-orang yang melihatnya. Lalu orang-orang Quraisy itu mendatangi orang-orang nasrani, lalu bertanya kepada mereka, apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa? Mereka menjawab, dia dulu menyembuhkan orang buta, orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati. Lalu mereka mendatangi nabi SAW. Lalu mereka berkata kepada beliau, berdoalah kepada tuhanmu untuk mengubah bukit shafa dan marwah menjadi emas untuk kami. Lalu beliau berdoa, maka turunlah firman ALLAH :
“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda(kebesaran Allah) bagi orang yang berakal”(HR.ath-thabrani)
Antara ayat 190 dan 191 asbabun nuzulnya sama-sama berkaitan.




2.3    Penafsiran Ayat Ali-Imran 190-191
Allah Swt pada ayat 190 surah Ali Imran mengajak manusia untuk berpikir dan merenungi tentang penciptaan langit-langit dan bumi. Kemudian pada ayat berikutnya Allah Swt menjelaskan hasil dan buah dari berpikir ini.
Ayat ini menjelaskan tentang keesaan Tuhan Sang Pencipta dan menyatakan bahwa apabila manusia memikirkan dengan cermat dan menggunakan akalnya terkait dengan proses penciptaan langit-langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, maka ia akan menemukan tanda-tanda jelas atas kekuasaan Allah Swt maha karya dan rahasia-rahasia yang menakjubkan yang akan menuntun para hamba kepada Allah Swt dan hari Kiamat serta menggiring mereka pada kekuasaan Ilahi yang tak terbatas.
                
1.    Tafsir Ibnu Katsir
Ayat 190-191 surat Ali Imran merupakan penutup surat Ali Imran. Ini antara lain terlihat pada uraian-uraiannya yang bersifat umum. Setelah dalam ayat-ayat  lalu menguraikan hal-hal yang rinci, sebagaimana terbaca pada ayat 189 yang menegaskan kepemilikan Allah Swt. Atas alam raya. Maka pada ayat yang ke-190-191 Allah menguraikan sekelumit dari penciptaan-Nya, serta memerintahkan agar memikirkannya.
Salah satu bukti kebenaran bahwa Allah merupakan Sang Pemilik atas alam raya ini, dengan adanya undangan kepada manusia untuk berpikir, karena sesungguhnya dalam penciptaan, yakni kejadian benda-benda angkasa, seperti matahari, bulan dan jutaan gugusan bintang-bintang yang terdapat dilangit, atau dalam pengaturan sistem kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi pada porosnya yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang, perbedaannya baik dalam masa maupun panjang dan pendeknya terdapat tanda-tanda kemahakuasaan Allah bagi ulul albab, yakni orang orang yang memiliki akal yang murni.
Kata (البابal-bab adalah bentuk jamak dari (لب) lub yaitu “saripati” sesuatu. Kacang misalnya, memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai lubUlul albab adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh “kulit”, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir. Orang yang merenungkan tentang penomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah Swt.
Ayat ini mirip dengan ayat 164 surat Al-Baqarah. Disisi lain, ayat 164 Al-Baqarah ditutup dengan menyatakan bahwa yang demikian itu merupakan “tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (لايت لقوم يعقلونla ayatin liqaumin ya’qilun, sedangkan pada ayat ini, karena mereka telah berada pada tahap yang lebih tinggi dan juga telah mencapai kemurnian akal, maka sangat wajar ayat ini ditutup dengan (لايت لالي الالبابla ayatin  liulil albab.
Ibnu Mardawaih juga meriwayatkan melalui Atha bahwa, “Suatu ketika ia bersama rekannya, mengunjungi Aisyah Ra. istri Nabi Saw, untuk bertanya tentang peristiwa apa yang paling mengesankan beliau dari rasul Saw. Aisyah menangis sambil berkata: “Semua yang beliau lakukan mengesankan kalau hanya menyebut satu, maka satu malam, yakni di malam giliran beliau tidur berdampingan denganku, kulitnya menyentuh kulitku lalu beliau bersabda,”wahai aisyah, izinkanlah aku beribadah kepada Tuhanku” dan aku berkata berkata, “demi Allah, aku senang berada disampingmu, tetapi aku senang juga engkau beribadah kepada Tuhan.” Maka beliau pergi berwudhu, tidak banyak air yang beliau gunakan lalu berdiri melaksanakan shalat dan menangis hingga membasahi jenggot beliau lalu sujud dan menangis hingga membasahi lantai, lalu berbaring dan menangis. Setelah itu bilal datang untuk adzan subuh bilal bertanya kepada rasul tentang apa gerangan yang membuat beliau menangis sedang Allah telah mengampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang. Rasul Saw menjawab, “aduhai bilal, apa yang dapat membendung tangisku sedang semalam Allah telah menurunkan ayat, “inna fil khalkissama waati.., sungguh celaka siapa yang membaca tapi tidak memikirkannya” .

2.        Quraisy shihab
Ayat ini dan ayat-ayat selanjutnya menjelaskan sebagian dari ciri-ciri orang yang dinamai ulul albab yang telah disebutkan pada ayat yang lalu. Mereka adalah orang-orang baik laki-laki maupun perempuan yang terus mengingat Allah dengan ucapan atau hati, dan dalam seluruh situasi dan kondisi, saat bekerja sambil berdiri atau duduk atau keadaan berbaring atau bagaimanapun, dan mereka memikirkan tentang penciptaan yakni kejadian dan sistem kerja langit dan bumi, dan setelah itu berkata sebagai kesimpulan. Tuhan kami tiadalah engkau menciptakan alam raya dan segala isinya ini dengan sia-sia tanpa tujuan yang hak. Apa yang kami alami, atau dengar dari keburukan atau kekurangan, Maha Suci Engkau dari semua itu. Itu adalah ulah atau dosa dan kekurangan kami yang dapat menjerumuskan kami kedalam siksa neraka, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Karena, Tuhan kami “Kami tahu dan sangat yakin bahwa sesungguhnya siapa yang engkau masukan kedalam neraka, maka sungguh telah engkau hinakan ia dengan mempermalukannnya di hari kemudian seabagai seorang serta menyiksanya dengan siksa yang pedih. Tidak ada satupun yang dapat membelanya, dan tidak ada bagi orang-orang yang dzalim. Siapapun ia, satu penolongpun
 Di atas terlihat bahwa objek dzikir adalah Allah, sedang objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam. Ini berarti bahwa pengenalan kepada Allah lebih banyak dilakukan oleh kalbu. Sedangkan pengenalan alam raya didasarkan pada penggunaan alam, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah. Hal ini dipahami dari sabda Rasullah Saw. yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibnu Abbas: “Berpikirlah tentang makhluk Allah dan jangan berpikir tentang Allah“.
Quraish Shihab memahami kalimat tersebut sebagai hasil dzikir dan pikir, dengan demikian ia tidak dapat dihadang oleh keberatan di atas. Di sisi lain, hasil itu akan sangat serasi dengan permohonan mereka selanjutnya. Yakni karena semua makhluk tidak diciptakn sia-sia, karena ada makhluk yang baik dan yang jahat, ada yang durhaka dan ada pula yang taat, di mana tentu saja yang durhaka akan dihukum maka mereka memohon perlindungan dari siksa neraka mereka selanjutnya berusaha untuk menjadi makhluk yang baik dan taat.

2.4    Kandungan Hukum
Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya memiliki kandungan hukum  yaitu Allah mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan pikiran kita untuk merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-ketetapan yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan) serta pergantian siang dan malam. Yang demkian ini menjadi tanda-tanda bagi orang yang berpikir, bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya. Kemudian dari hasil berpikir tersebut, manusia hendaknya merenungkan dan menganalisa semua yang ada di alam semesta ini, sehingga akan tercipta ilmu pengetahuan.

2.5    Aspek Tarbawi
1.      Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
2.      Akal manusia hendaknya digunakan untuk memikirkan, menganalisa, dan menafsirkan segala ciptaan Allah.
3.      Dalam belajar tidak diperbolehkan memikirkan Dzat Allah, karena manusia mempunyai keterbatasan dalam hal tersebut dan dikhawatirkan akan terjerumus dalam berpikir yang tidak  sesuai.
4.      Jika seseorang memiliki renungan, ia memiliki pelajaran dalam segala perkara.
5.      Hendaknya manusia mempercayai bahwa semua penciptaan Alah tidak ada yang sia-sia.


BAB III
Penutup

3.1  Kesimpulan
Kesimpulan dari isi QS. Ali Imran ayat 190-191 yang berdasarkan penjelasan mufassir yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa Allah menegaskan kepada umat manusia dengan memberikan perumpamaan agar dapat dipetik hikmah atau pelajaran dengan menjelaskan sebagian dari ciri-ciri orang yang dinamai-Nya ulul albab, yakni (1) orang orang yang memiliki akal yang murni baik laki-laki maupun perempuan yang merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah Swt. (2) Orang-orang yang terus mengingat Allah dengan ucapan atau hati, dan dalam seluruh situasi dan kondisi, saat bekerja sambil berdiri atau duduk atau keadaan berbaring atau bagaimanapun, dan mereka memikirkan tentang penciptaan yakni kejadian dan sistem kerja langit dan bumi, dan (3) Orang-orang setelah melihat dan memikirkan itu semua, mereka berkata sebagai kesimpulan terhadap ciptaan-Nya, yakni “Tuhan kami tiadalah engkau menciptakan alam raya dan segala isinya ini dengan sia-sia tanpa tujuan yang hak”.



DAFTAR PUSTAKA


Departemen Agama, Kitab Suci Alqur’an, Alqur’an dan Terjemahannya
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al Maragi Juz IV, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), Cet  2, hlm. 288
http://santrikota.blogspot


pengaruh kekasih

PENGARUH KEKASIH
MATA KULIAH HADITS TARBAWI


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.  
Setiap anak memiliki potensi yang dibawa oleh fitrahnya. Namun potensi anak didik tidak akan berkembang dengan sendirinya tanpa ada usaha atau pengaruh dari lingkungan pendidikan sekitar. Bahkan pendapat ahli didik yang ekstrim yang disebut dengan aliran empirisme mengatakan bahwa anak didik bagaikan kertas putih bersih yang masih polos yang sangat bergantung pada pengaruh penulisnya. Begitu kekuatan pengaruh terhadap potensi anak didik yang sangat menentukan bentuk dan warna anak didik. Islam sebagaimana yang disebutkan beberapa hadis mengakui adanya pengaruh pendidikan dari luar diri anak disamping anak telah membawa potensi yang disebut dengan fitrah islamiyah. Fitrah itu dibawa oleh anak didik sejak lahir dan fitrah itu sudah tertulis bukan berarti kosong. Tulisannya adalah al-Islam. Pengaruh pendidikan disekitarnya tinggal mengembangkan keislaman fitrah tersebut. Setidaknya ada empat hal yang dapat mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan fitrahnya yaitu Pengaruh teman, pengaruh kekasih, pengaruh orang tua dan pengaruh pendidik.

B. Rumusan Masalah.                                                                                
1. Bagaimana pandangan Al-qur an terhadap pengaruh kekasih?
2. Apa Maksud Hadis-hadis yang berkaitan dengan pengaruh kekasih?

C. tujuan 
1. untuk mengetahui pandangan al-quran terhadap pengaruh kekasih
2. untuk mengetahui maksud hadis-hadis yang berkaitan dengan pengaruh kekasih 





BAB II
PEMBAHASAN

A.Pandangan Al-qur an terhadap pengaruh kekasih
Alqur-an menggambarkan kondisi orang-orang kafir diakherat karena salah teman yang mengakibatkan kesesatan yang membawanya menuju jurang neraka sebagaimana terdapat didalam Al qur-an surat Al Furqon ayat 27-29
 ..............................................................
27. dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”.
28. kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku).
29. Sesungguhnya  dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.
Ulasan penulis  ayat tersebut menjelaskan bagaimana pengaruh orang yang dicintai dalam kehidupan yang kemudian berpengaruh  pada prilaku kita yang  sadar auatu tidak menyesuaikan dengan orang yang dicintainya.

2. Hadis-Hadis Yang Berkaitan Dengan Pengaruh Kekasih

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ (رواه ابو داود والترمذي)
1.      Kosakata (Mufradat)

a.      عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ
Mengikuti agama kekasihnya atau agamanya
b.     الخَلِيْلِ
Kekasih kemudian bisa diartikan teman yang menjadi kekasihnya
c.      فَلْيَنْظُرْ
Maka hendaklah perhatian, perhatian dengan mata hati
d.     مَنْ يُخَا لِلْ
Siapa yang menjadi kekasihnya

Dari Abi Hurairah r.a. bahwasanya Nabi Saw. Bersabda: “seseorang itu mengikuti agama kekasihnya, oleh sebab itu hendaklah salah seorang diantara kamu memperhatikan siapakah kekasihnya.” (HR. Abu Dawud dan al-Turmudzy).          

Ulasan:

Maksud  hadis  mengandung  makna majazi karena maksudnya bukan larangan berteman dengan orang yang berlainan agama, karena Nabi Muhammad Saw. Sendiri sangat akrab dengan pamanya Abu thalib yang saat itu berbeda agama, jadi maksud hadis ini merupakan anjuran kepada kita jika hendak memilih kekasih untuk dijadikan teman agar memperhatikan kebiasaan dan akhlaknya, carilah kekasih yang baik akhlaknya. Jika baik akhlak kekasih itu temanilah dan jika buruk perangainya tinggalkanlah,  karena sesungguhnya watak atau karakter seseorang akan berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Al-Ghazali berkata:”Berteman dengan orang yang rakus dunia menjadi rakus dan berteman dengan orang yang zuhud menjadi zuhud”.
            Anjuran  memilih teman yang baik dalam hadis tersebut berlaku kepada semua orang sekalipun kecenderungan hatinya tidak baik. Demikian juga makna kekasih juga bersifat umum, baik kekasih sebagai teman biasa atau kekasih sebagai sahabat maupun kekasih  untuk dijadikan pasangan seperti calon istri, calon menantu, dan calon mertua. Semuanya hendaknya lebih mengutamakan faktor agama dan akhlak.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - أَنَّهُ قَالَ « الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ (رواه البخاري)
 Dari “Abdillah dari Nabi Saw.  bahwasanya Nabi Saw. Bersabda: “Orang itu akan bersama-sama orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini mempunyai maksud majazi dengan pengertian seperti yang telah dijelaskan diawal


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ   يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِى رَجُلٍ أَحَبَّ قَوْمًا وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ (رواه مسلم)
Dari Abdillah berkata telah datang seorang laki-laki kepada Rasululloh Saw. Kemudian bertanya Ya Rasululloh bagaimana engkau mengetahui seseorang yang mencintai sesuatu kaum (sekelompok orang) tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka”, maka beliau menjawab:” Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya (HR Muslim)

عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ قِيلَ لِلنَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - الرَّجُلُ يُحِبُّ الْقَوْمَ وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ قَالَ « الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ (رواه البخاري)
Dari Abi Musa bertanya dijawab oleh Nabi Saw. seseorang yang mencintai sesuatu kaum (sekelompok orang) tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka”, maka beliau menjawab:” Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya (HR.Bukhori)
Hadis ini mempunyai maksud majazi dengan pengertian secara psikologis setiap orang mempunyai kecenderungan untuk memilih kekasih atau teman  yang  dicintainya. Teman atau kekasih yang dicintai seseorang  pada umumnya sesuai dengan apa yang dicintai oleh dirinya. Seseorang berkelompok atau berkumpul pada umumnya juga cenderung memilih kelompok yang sama. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan antara sesama teman yang dicintai baik dalam beragama, hobi, kesenangan, watak, karakter, profesi dan lain-lain. Misalnya mahasiswa IAIN Pontianak kecenderungan berkumpul sesama mahasiswa dari IAIN  , minimal yang memiliki watak atau visi dan misi yang sama ketika bercampur baur dengan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Demikian juga seorang guru, dosen, ulama, dokter, insinyur, karyawan dan lain-lain. Oleh karena itu, di sana banyak kelompok atau organisasi yang mengikat kecenderungan yang sama tersebut.
Bersama artinya dinilai sama atau dihukumi sama antara yang mencintai dan yang dicintai. Jika orang yang dicintai itu baik, maka orang itu dinilai baik pula dan jika orang yang dicintai itu tidak baik, maka ia dinilai tidak baik. Dalam konteks hadis di atas sahabat tersebut digiring bersama Nabi dalam surga sekalipun tidak sama kelasnya, tentunya kelas surga Nabi yang paling tinggi, karena amaliah beliau yang tidak sama dengan manusia biasa. Dalam satu riwayat seorang sahabat bertanya: Bagaimana jika seorang mencintai kaum, tetapi amalnya tidak sama dengan mereka? Nabi tetap menjawab: seorang bersama dengan orang yang dicintainya”. ( Anwarmyla. 2013.)
Adapun yang dimaksud kekasih dalam teory of love disebutkan four main varieties . Affection (or Storge, pronounced “Stor-gay”)(  empat varietas utama Kasih sayang (atau Storge, diucapkan "Stor-gay")  antara lain cinta keluarga, cinta persahabatan, cinta pada pasangan maupun karena kesamaan hoby ,profesi (Hendrick, C., & Hendrick, S. S. (1989).

Selain guru, orang tua,  dan teman, Kekasih merupakan salah satu diantara hal –  hal yang dapat mempengaruhi terhadap pendidikan atau keberhasilan dalam pembelajaran. Pengaruhnya dapat diklasifikasikan menjadi 2 aspek, Aspek positif dan negatif dari hal tersebut.
Pengaruh Positif dan Negatif terhadap pendidikan
Kekasih sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa antara lain:
1. Bisa untuk saling menginggatkan dalam hal-hal positif;
2. Sebagai penyemangat dalam belajar;
3. Bisa menjadi teman curhat;
4. Bisa menjadi orang yang selalu ada untuk sharing dimanapun kita berada.

Sedangkan pengaruh negative terhadap prestasi belajar siswa antara lain:
1. Bisa membuat malas belajar;
2. Bisa membuat nilai menjadi turun;
3. Bisa menyita waktu belajar untuk pacaran;
4. Pacaran bisa menjerumuskan kita pada seks bebas yang dapat mengarah pada penggunaan obat-obat berbahaya, hal-hal pornografi bahkan narkoba.
Hendaknya bersikap selektif dalam memilih kekasih, kekasih yang baik seyogiyanya dapat mengantarkan kita arah yang lebih baik dan bermanfaat, ( Zakiyah Dradjat, 1991: 47)

BAB III
PENUTUP
A.    kesimpulan.
Kekasih itu berpengaruh dalam pembentukan pribadi seseorang dan keselamatan dari siksa neraka. Memilih kekasih harus sangat selektif demi Terciptanya manusia berakhlakul karimah
B.     Saran.                                                                                               9
Carilah kekasih yang mampu membawa kita mencapai asa dan keselamatan hidup di dunia dan akherat.

Tinjauan Pustaka.
[1]. Zakiyah Dradjat, Pendidikan islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991), h.
2 47anwarmyla.blogspot.com/2013/.../makalah-hadis-tarbiyah-pengaruh.htm.

3. Hendrick, C., & Hendrick, S. S. (1989). Research on love: Does it measure up?Journal of Personality and Social Psychology, 56, 784-794.)
 
Copyright (c) 2010 Blog Idha Tanjung and Powered by Blogger.